Artikel
Berikut adalah artikel saya
Mengenai Saya
Pengikut
Rabu, 02 Juni 2010
PANDANGAN TERAPI EKSISTENSIAL Joko Yuwono
“Dengan makna, penderitaan dapat ditempuh dengan penuh kehormatan”
Viktor Frankl
A. Pengantar
Pada bulan September 1942, seorang dokter muda, bersama dengan istrinya, ibunya, ayahnya, dan saudaranya ditangkap di kota Wina, dan kemudian ditahan di kamp konsentrasi Bohemia. Peristiwa inilah yang nantinya akan menggetarkan hidup dokter muda itu, dan membantunya untuk menemukan apa yang sungguh-sungguh bermakna di dalam hidupnya.
Viktor Emil Frankl, MD Ph.D., itulah namanya. Lahir 26 Maret 1905 dan meninggal 2 September 1997. Ia adalah seorang neurolog dan psikiater Austria serta korban pada Kamp NASI Jerman yang selamat. Frankl adalah pendiri logoterapi dan Analisis Eksistensial, "Aliran Wina Ketiga" dalam psikoterapi. Bukunya, Man's Search for Meaning (pertama kali terbit pada 1946) mencatat pengalamannya sebagai seorang tahanan kamp konsentrasi dan menguraikan metode psikoterapisnya dalam upaya mencari makna dalam segala bentuk keberadaan, bahkan yang paling kelam sekalipun, dan dengan demikian juga alasan untuk tetap hidup. Frankl adalah salah satu tokoh utama dalam terapi eksistensial.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam prakteknya, terapi eksistensial dilandasi pada asumsi-asumsi filosofis.
Terapi eksistensial berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini mengutamakan sikap yang menekankan pada pemahaman bahwa eksistensi manusia alih-alih sebagai teknik-teknik untuk mempengaruhi klien.
B. Konsep-Konsep Utama
Terapi eksistensial menekankan pandangan tentang manusia. Pada bagian ini disajikan tentang konsep-konsep utama dalam terapi eksistensial yang membentuk bagi landasan praktek terapeutik.
Kesadaran diri
Manusia hakekatnya memiliki kapasitas kesadararan diri. Manusia memiliki kesadaran untuk berpikir dan memutuskan sendiri. Para eksistensialis menekankan bahwa manusi bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya. Ia bukanlah bidak dari kekuatan-kekuatan yang deterministik dari pengondisian.
Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Ketiga kata diatas merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan. Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab membuat menusia dihadiri kecemasan. Kebebasan manusia diiringi tindakan yang bertanggungjawab dan bahwa keterbatasan adalah atribut manusia maka kecemasan hadir.
Penciptaan Makna
Manusia itu unik, artinya bahwa manusia akan berusaha menemukan dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupannya. Eksistensi dari keberadaab manusi itu adalah kebermaknaan dirinya dalam kehidupan. Ketika manusia gagal menciptakan kebermaknaan maka hal-hal yang terjadi adalah kesepian, kesendirian ataupun keterasingan.
C. Proses-Proses Terapeutik
• Tujuan-tujuan terapeutik
Tujuan terapi ekstensial adalah agar klien memiliki kesadaran secara otentik sehingga ia sadar akan keberadaanya dan potensi-potensinya sehingga terbuka dan bertindak sesuai dengan kemampuannya. Otentik artinya sadar akan keadaan saat ini, memilih bagaimana hidup saat ini dan memikul tanggung jawab untuk memilih. Penting sekali untuk membangun kesadaran klien untuk memutuskan suatu pilihan (memilih) sehingga ia menjadi bebas dan bertanggungjawab atas kehidupannya. Kecemasan sebagai akibat kebingungan manusia untuk memilih karena tidak ada jaminan kepastian. Maka klien harus menyadari pilihannya untuk menghadapi kecemasan dan menerima kenyataan bahwa dirinya adalah korban dari kekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan terapeutik ekstensial adalah sebagai berikut :
1. Membantu klien melihat bahwa mereka itu bebas dan sadar atas kemungkinan-kemungkinan dalam hidupnya.
2. Menyadarkan klien bahwa mereka sedang melakukan sesuatu yang sedang dipikirkannya itu sedang dan sudah terjadi
3. Menyadarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mengahmbat kebebasan
• Hubungan terapeutik
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagaimana ada dalam dunia. Secara teknis dan prosedur dalam terapi eksistesial memiliki keleluasaan dan bervariasi dari fase ke fase atau dari klien ke satu dengan klien lainnya. Tugas terapis lainya adalah membantu klien menyadari dalam dunianya. Frankl dalam Corey (2001) memberikan gambaran bahwa terapis sebagai spesialis mata daripada pelukis. Artinya tugas terapis adalah memberikan perluasan dan memperlebar pandangan klien sehingga gambaran makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh klien sendiri.
Hubungan terapeutik menjadi sangat penting. Hubungan terapeutik ini menekankan pada hubungan antar dua manusia yang kondusif alih-alih sebagai teknik yang mempengaruhi klien. Peretemuan ini bukan untuk membahas masalah klien tetapi peremuan ini berisikan pengalaman-pengalaman pada saat ini, bukan masa lampau. Hubunga ini teraputik yang otentik diharapkan dapat membantu membangun kesadaran klien untuk menyadari pilihan dan potensi terhadap tendakan-tindakan dalam hidupnya.
D. Aplikasi
Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien. Individu yang mengalami krisis perkembngan seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa. Mereka yang mempunyai masalah tersebut memungkinkan digali pengalaman-pengalamannya guna menjawab pertanyaan-pertanyaan hidupnya. Mereka diberikan media untuk menyadari kebbebasan dan tanggung jawan pada pilihan hidupnya.
Setiap pendekatan memiliki keterbatasan dalam penerapannya. Ketepatan pendekatan terapi eksistensial pada individu di masa perkembangan tersebut diatas, merupakan kelebihan tersendiri. Tetapi pendekatan ini juga memiliki keterbatasan misalnya
• Pendekatan ini kurang sistematis pada prinsip-prinsip dan praktek therapy
• Beberapa penulis eksistensialisme menggunakan konsep abstrak atau global dan samar-samar. Sulit untuk dipegang.
• Model belum diperlakukan pada riset sebagaimana untuk divalidasi prosedur-prosedur tersebut.
• Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien yang rendah, klien yang ekstrem yang membutuhkan penangan secara langsung, klien yang miskin dan klien non verbal.
E. Kritik terhadap Pendekatan Terapi Eksistensial
Berdasarkan pendekatan dalam pelaksanaan terapi, Penulis beranggapan pendekatan ini terlalu filosofis. Dengan demikian membutuhkan ketrampilan pemahaman konsep kunci secara baik dan tepat dalam menerpkan konsep filosofi yang sangat filosifis ini. Hal lain, dengan pendekatan ini membutuhkan terapis-terapis yang memilki jam terbang (praktek terapi) yang cukup tinggi. Artinya kematangan seorang terapis sangat dibutuhkan.
Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan ketakpastian kapan berakhir, berapa jam dan berapa kali pertemuan. Hal lain yang perlu dipikirkan adalah produk. Apa produk yang diharapkan dari proses terapi masih berupa konsep-konsep, bukan sesuatu hal yang kongrit. Ukuran-ukuran produknya bukan menyelesaikan masalah dari malas belajar menjadi giat belajar, cemas menjadi tidak cemas, penakut menjadi pemberani atau lainnya. Pada produk perilaku sangat tergantung pada budayanya.
Berkaitan dengan kegiatan konseling di sekolah, rasanya Konselor di sekolah sulit untuk menerapkan. Konselor kesulitan mencocokan antara ekpektasi sekolah/orang tua dan tujuan konseling dengan pendektan eksistensial yang memberikan kebebasan klien dalam hal ini siswa untuk membuat pilihan sendiri. Sebagai contoh misalnya konselor yang memberikan konseling di SLB. Konselor dalam proses konselinya berpijak pada masa perkembangan anak berkebutuhan khusus (ABK). Tujuan adalah memberikan stimulasi agar siswa ABK dapat bertindak sesuai dengan masa perkembanganya. Tetapi ekpektasi sekolah menuntut orang tua agar saran-saran konselor diarahkan pada kebutuhan untuk memenuhi tuntutan sistem persekolahan.
Kritik lain adalah berkaitan dengan filosifi eksistensial tentang kebenaran. Penulis sepakat dengan tulisan George Boeree (1997) yang menuliskan bahwa Frankl sangat cerdas membungkus teorinya dengan agama secara halus dan tidak norak. Sulit rasanya untuk memperdebatkan kebenaran hanya berdasarkan pengalamannya, perasaan dan intuisi. Frankl dengan halus menanamkan pemahaman eksistensi manusia pada iman, pada penerimaan kebenaran mutlak yang didasarkan pada perasaan dan intuisi. Masalahnya adalah keinginan seseorang untuk menyerahkan diri pada kehendak Tuhan atau prinsip-prinsip universal lainnya adalah bertentangan dengan konsep eksistensial.
Daftar Pustaka
Boeree, C. George. (1997). Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Jogyakarta : Prismasophie
Corey, Gerald (2001). Theory and Practice of Couisnseling and Psychotherapy. Belmount, CA : Wadsworth/Tomson Learning.
Depdiknas (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Depdiknas
Hendar Putranto. (.......). Menemukan Makna Bersama Viktor Frankl.
Viktor Frankl
A. Pengantar
Pada bulan September 1942, seorang dokter muda, bersama dengan istrinya, ibunya, ayahnya, dan saudaranya ditangkap di kota Wina, dan kemudian ditahan di kamp konsentrasi Bohemia. Peristiwa inilah yang nantinya akan menggetarkan hidup dokter muda itu, dan membantunya untuk menemukan apa yang sungguh-sungguh bermakna di dalam hidupnya.
Viktor Emil Frankl, MD Ph.D., itulah namanya. Lahir 26 Maret 1905 dan meninggal 2 September 1997. Ia adalah seorang neurolog dan psikiater Austria serta korban pada Kamp NASI Jerman yang selamat. Frankl adalah pendiri logoterapi dan Analisis Eksistensial, "Aliran Wina Ketiga" dalam psikoterapi. Bukunya, Man's Search for Meaning (pertama kali terbit pada 1946) mencatat pengalamannya sebagai seorang tahanan kamp konsentrasi dan menguraikan metode psikoterapisnya dalam upaya mencari makna dalam segala bentuk keberadaan, bahkan yang paling kelam sekalipun, dan dengan demikian juga alasan untuk tetap hidup. Frankl adalah salah satu tokoh utama dalam terapi eksistensial.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam prakteknya, terapi eksistensial dilandasi pada asumsi-asumsi filosofis.
Terapi eksistensial berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini mengutamakan sikap yang menekankan pada pemahaman bahwa eksistensi manusia alih-alih sebagai teknik-teknik untuk mempengaruhi klien.
B. Konsep-Konsep Utama
Terapi eksistensial menekankan pandangan tentang manusia. Pada bagian ini disajikan tentang konsep-konsep utama dalam terapi eksistensial yang membentuk bagi landasan praktek terapeutik.
Kesadaran diri
Manusia hakekatnya memiliki kapasitas kesadararan diri. Manusia memiliki kesadaran untuk berpikir dan memutuskan sendiri. Para eksistensialis menekankan bahwa manusi bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya. Ia bukanlah bidak dari kekuatan-kekuatan yang deterministik dari pengondisian.
Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Ketiga kata diatas merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan. Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab membuat menusia dihadiri kecemasan. Kebebasan manusia diiringi tindakan yang bertanggungjawab dan bahwa keterbatasan adalah atribut manusia maka kecemasan hadir.
Penciptaan Makna
Manusia itu unik, artinya bahwa manusia akan berusaha menemukan dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupannya. Eksistensi dari keberadaab manusi itu adalah kebermaknaan dirinya dalam kehidupan. Ketika manusia gagal menciptakan kebermaknaan maka hal-hal yang terjadi adalah kesepian, kesendirian ataupun keterasingan.
C. Proses-Proses Terapeutik
• Tujuan-tujuan terapeutik
Tujuan terapi ekstensial adalah agar klien memiliki kesadaran secara otentik sehingga ia sadar akan keberadaanya dan potensi-potensinya sehingga terbuka dan bertindak sesuai dengan kemampuannya. Otentik artinya sadar akan keadaan saat ini, memilih bagaimana hidup saat ini dan memikul tanggung jawab untuk memilih. Penting sekali untuk membangun kesadaran klien untuk memutuskan suatu pilihan (memilih) sehingga ia menjadi bebas dan bertanggungjawab atas kehidupannya. Kecemasan sebagai akibat kebingungan manusia untuk memilih karena tidak ada jaminan kepastian. Maka klien harus menyadari pilihannya untuk menghadapi kecemasan dan menerima kenyataan bahwa dirinya adalah korban dari kekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan terapeutik ekstensial adalah sebagai berikut :
1. Membantu klien melihat bahwa mereka itu bebas dan sadar atas kemungkinan-kemungkinan dalam hidupnya.
2. Menyadarkan klien bahwa mereka sedang melakukan sesuatu yang sedang dipikirkannya itu sedang dan sudah terjadi
3. Menyadarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mengahmbat kebebasan
• Hubungan terapeutik
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagaimana ada dalam dunia. Secara teknis dan prosedur dalam terapi eksistesial memiliki keleluasaan dan bervariasi dari fase ke fase atau dari klien ke satu dengan klien lainnya. Tugas terapis lainya adalah membantu klien menyadari dalam dunianya. Frankl dalam Corey (2001) memberikan gambaran bahwa terapis sebagai spesialis mata daripada pelukis. Artinya tugas terapis adalah memberikan perluasan dan memperlebar pandangan klien sehingga gambaran makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh klien sendiri.
Hubungan terapeutik menjadi sangat penting. Hubungan terapeutik ini menekankan pada hubungan antar dua manusia yang kondusif alih-alih sebagai teknik yang mempengaruhi klien. Peretemuan ini bukan untuk membahas masalah klien tetapi peremuan ini berisikan pengalaman-pengalaman pada saat ini, bukan masa lampau. Hubunga ini teraputik yang otentik diharapkan dapat membantu membangun kesadaran klien untuk menyadari pilihan dan potensi terhadap tendakan-tindakan dalam hidupnya.
D. Aplikasi
Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien. Individu yang mengalami krisis perkembngan seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa. Mereka yang mempunyai masalah tersebut memungkinkan digali pengalaman-pengalamannya guna menjawab pertanyaan-pertanyaan hidupnya. Mereka diberikan media untuk menyadari kebbebasan dan tanggung jawan pada pilihan hidupnya.
Setiap pendekatan memiliki keterbatasan dalam penerapannya. Ketepatan pendekatan terapi eksistensial pada individu di masa perkembangan tersebut diatas, merupakan kelebihan tersendiri. Tetapi pendekatan ini juga memiliki keterbatasan misalnya
• Pendekatan ini kurang sistematis pada prinsip-prinsip dan praktek therapy
• Beberapa penulis eksistensialisme menggunakan konsep abstrak atau global dan samar-samar. Sulit untuk dipegang.
• Model belum diperlakukan pada riset sebagaimana untuk divalidasi prosedur-prosedur tersebut.
• Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien yang rendah, klien yang ekstrem yang membutuhkan penangan secara langsung, klien yang miskin dan klien non verbal.
E. Kritik terhadap Pendekatan Terapi Eksistensial
Berdasarkan pendekatan dalam pelaksanaan terapi, Penulis beranggapan pendekatan ini terlalu filosofis. Dengan demikian membutuhkan ketrampilan pemahaman konsep kunci secara baik dan tepat dalam menerpkan konsep filosofi yang sangat filosifis ini. Hal lain, dengan pendekatan ini membutuhkan terapis-terapis yang memilki jam terbang (praktek terapi) yang cukup tinggi. Artinya kematangan seorang terapis sangat dibutuhkan.
Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan ketakpastian kapan berakhir, berapa jam dan berapa kali pertemuan. Hal lain yang perlu dipikirkan adalah produk. Apa produk yang diharapkan dari proses terapi masih berupa konsep-konsep, bukan sesuatu hal yang kongrit. Ukuran-ukuran produknya bukan menyelesaikan masalah dari malas belajar menjadi giat belajar, cemas menjadi tidak cemas, penakut menjadi pemberani atau lainnya. Pada produk perilaku sangat tergantung pada budayanya.
Berkaitan dengan kegiatan konseling di sekolah, rasanya Konselor di sekolah sulit untuk menerapkan. Konselor kesulitan mencocokan antara ekpektasi sekolah/orang tua dan tujuan konseling dengan pendektan eksistensial yang memberikan kebebasan klien dalam hal ini siswa untuk membuat pilihan sendiri. Sebagai contoh misalnya konselor yang memberikan konseling di SLB. Konselor dalam proses konselinya berpijak pada masa perkembangan anak berkebutuhan khusus (ABK). Tujuan adalah memberikan stimulasi agar siswa ABK dapat bertindak sesuai dengan masa perkembanganya. Tetapi ekpektasi sekolah menuntut orang tua agar saran-saran konselor diarahkan pada kebutuhan untuk memenuhi tuntutan sistem persekolahan.
Kritik lain adalah berkaitan dengan filosifi eksistensial tentang kebenaran. Penulis sepakat dengan tulisan George Boeree (1997) yang menuliskan bahwa Frankl sangat cerdas membungkus teorinya dengan agama secara halus dan tidak norak. Sulit rasanya untuk memperdebatkan kebenaran hanya berdasarkan pengalamannya, perasaan dan intuisi. Frankl dengan halus menanamkan pemahaman eksistensi manusia pada iman, pada penerimaan kebenaran mutlak yang didasarkan pada perasaan dan intuisi. Masalahnya adalah keinginan seseorang untuk menyerahkan diri pada kehendak Tuhan atau prinsip-prinsip universal lainnya adalah bertentangan dengan konsep eksistensial.
Daftar Pustaka
Boeree, C. George. (1997). Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Jogyakarta : Prismasophie
Corey, Gerald (2001). Theory and Practice of Couisnseling and Psychotherapy. Belmount, CA : Wadsworth/Tomson Learning.
Depdiknas (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Depdiknas
Hendar Putranto. (.......). Menemukan Makna Bersama Viktor Frankl.
IDENTIFIKASI ANAK AUTISTIK
Jika Anda melihat dan merasakan bahwa anak Anda memiliki perkembangan yang berbeda dibanding dengan anak-anak seusianya, maka anda harus lebih jeli melihatnya. Perhatikan secara lebih detail, kontinyu, bila perlu catat hal-hal yang dikira kurang proporsional. Datang ke dokter, psikolog (keduanya yang memfokuskan pada anak kebutuhan khusus, Autistik), terapis anak kebutuhan khusus (di center-center) atau diskusikan dengan tetangga, kerabat, teman atau orang yang berpengalaman dengan anak berkebutuhan khusus.
Bila Anda menduga anak Anda adalah anak autistik, Anda dapat menggunakan panduan untuk mengecek apa sebenarnya yang terjadi pada anak anda.
1. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT),
2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM IV).
3. My Child’s Sensory Preference
Add.1. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
The Checklist for Autism in Toddlers is a screening tool to be used by GP's during the 18 month developmental checkup.
Section A - Ask Parent: (Pertanyaan untuk orang tua)
Yes or No?
____ 1) Does your child enjoy being swung, bounced on your knee, etc?
(Apakah anak anda senang diayun, digoyang-goyang di atas lutut ?
____ 2) Does your child take an interest in other children?
(Apakah anak anda tertarik pada anak lainnya ?)
____ 3) Does your child like climbing on things, such as up stairs?
(Apakah anak anda suka manjat-manjat pada benda misalnya tangga ?)
____ 4) Does your child enjoy playing peek-a-boo/hide-and-seek?
(Apakah anak anda suka main ciluk ba atau petak umpet ?)
____ *5) Does your child ever pretend, for example, to make a cup of tea using a toy cup and teapot, or pretend other things?
(Apakah anak anda pernah bermain pura-pura misalnya membuat secangkir teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain ?)
____ 6) Does your child ever use his/her index finger to point, to ask for something?
(Apakah anak anda pernah menggunakan jarinya untuk menunjuk dengan tujuan meminta sesuatu ?)
____ *7) Does your child ever use his/her index finger to point, to indicate interest in something?
(Apakah anak anda pernah menggunakan jari untuk menunjuk yang mengindikasikan ketertarikan pada sesuatu ?)
____ 8) Can your child play properly with small toys (e.g. cars or bricks) without just mouthing, fiddling, or dropping them?
(Dapatkah anak anda bermain dengan mainan yang kecil (misalnya mobil mainan atau balok-balok) tanpa mengucapkan kata dibuat buat, menggesek, atau menjatuhkannya ?)
____ 9) Does your child ever bring objects over to you, to show you something?
(Apakah anak anda pernah memberikan suatu benda pada anda untuk menunjukkan sesuatu pada anda ?)
Section B - GP's observation (Pengamatan)
Yes or No?
____ i) During the appointment, has the child made eye contact with you?
(Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan) pemeriksa ?
____ *ii) Get child's attention, then point across the room at an interesting object and say "Oh look! There's a (name a toy)!" Watch child's face. Does the child look across to see what you are pointing at?
(Tarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu yang menarik dan katakan : "Lihat, itu. Ada mobil-mobilan (atau mainan lain)" Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke benda yang anda tunjuk.)
NOTE - to record yes on this item, ensure the child has not simply looked at your hand, but has actually looked at the object you are pointing at.
Catatan : untuk mencatat ya pada item ini, pastikan anak anda tidak melihat tangan anda, tetapi benar-benar melihat pada objek yang anda tunjuk.
____ *iii) Get the child's attention, then give child a miniature toy cup and teapot and say "Can you make a cup of tea?" Does the child pretend to pour out the tea, drink it etc?
(Tarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko dan katakan pada anak anda : "Bisa buat secangkir teh ? Apakah anak berpura-pura menuang teh, minum dan lainya).
NOTE - if you can elicit an example of pretending in some other game, score a yes on this item
Catatan : Jika anak dapat melakukan misalnya bermain pura-pura beberapa permainan, maka jawabanya ; Ya.
____ *iv) Say to the child "Where's the light?" or "Show me the light". Does the child point with his/her index finger at the light?
(Tanyakan pada anak : "Coba tunjuk mana cahaya ? (nama benda lain yang dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan jarinya ?
NOTE - Repeat this with "Where's the teddy?" or some other unreachable object, if child does not understand the word "light". To record yes on this item, the child must have looked up at your face around the time of pointing.
Catatan : Ulangi lagi pertanyaan lainnya atau pada objek lain yang tak dapat dijangkau, jika anak tidak memahami “cahaya”. Catat Ya, jika anak melihat kearah wajah anda pada waktu anak menunjuk.
____ v) Can the child build a tower of bricks? (If so, how many?) (Number of bricks...)
(Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok menjadi suatu menara ?(berapa jumlahnya….)
* Indicates critical question most indicative of autistic characteristics
British Journal of Psychiatry (1996), 168, pp. 158-163
British Journal of Psychiatry (1992), 161, pp. 839-843
Diterjemahkan oleh : Joko Yuwono
Add. 2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM IV):
DIAGNOSTIC CRITERIA FOR 299.00 AUTISTIC DISORDER
A. A total of six (or more) items from (1), (2), and (3), with at
least two from (1), and one each from (2) and (3)
(1) qualitative impairment in social interaction, as manifested by at least two of the following:
a) marked impairments in the use of multiple nonverbal behaviors such as eye-to-eye gaze, facial expression, body posture, and gestures to regulate social interaction
b) failure to develop peer relationships appropriate to developmental level
c) a lack of spontaneous seeking to share enjoyment, interests, or chievements with other people, (e.g., by a lack of showing, bringing, or pointing out objects of interest to other people)
d) lack of social or emotional reciprocity ( note: in the description, it gives the following as examples: not actively participating in simple social play or games, preferring solitary activities, or involving others in activities only as tools or "mechanical" aids )
(2) qualitative impairments in communication as manifested by at least one of the following:
a) delay in, or total lack of, the development of spoken language (not accompanied by an attempt to compensate through alternative modes of communication such as gesture or mime).
b) in individuals with adequate speech, marked impairment in the ability to initiate or sustain a conversation with others
c) stereotyped and repetitive use of language or idiosyncratic
language.
d) lack of varied, spontaneous make-believe play or social
imitative play appropriate to developmental level
(3) restricted repetitive and stereotyped patterns of behavior, interests and activities, as manifested by at least two of the following:
a) encompassing preoccupation with one or more stereotyped and restricted patterns of interest that is abnormal either in intensity or focus
b) apparently inflexible adherence to specific, nonfunctional routines or rituals
c) stereotyped and repetitive motor mannerisms (e.g hand or finger flapping or twisting, or complex whole body movements)
d) persistent preoccupation with parts of objects
B. Delays or abnormal functioning in at least one of the following areas, with onset prior to age 3 years:
(1) social interaction
(2) language as used in social communication
(3) symbolic or imaginative play
C. The disturbance is not better accounted for by Rett's Disorder or Childhood Disintegrative Disorder
Diambil dari : Autism Symtoms Checklist (Online)
Add. 3. SENSORY PREFERENCES.
Amati kecenderungan pilihan sensori anak Anda
1. GERAKAN (MOVEMENT)
● Anak saya kurang sensitive dan mencari kebutuhan gerak dengan :
□ Melompat
□ Bergoyang-goyang
□ Berputar
□ Permainan yang kacau dan kasar seperti melempar-lempar benda ke udara
□ Lari mondar-mandir
□ Lainnya....................
● Anak saya sangat sensitive terhadap gerakan.
□ Menunjukkan ketakutan pada tangga/eskalator
□ Menunjukkan ketakutan pada ayunan, barjalan terhuyung-huyung, dan meluncur (prosotan)
□ Gerakan mobil
□ Lainnya.............
● Anak saya kesulitan dalam perencanaan gerak.
□ Gerakan kaku atau menabrak-nabrak sesuatu.
□ Tidak menggunakan mainan secara tepat.
□ Menggunakan jenis mainan itu-itu saja.
□ Tidak meniru apa yang saya lakukan.
□ Ia hanya melakukan aktivitas hanya sekali saja.
□ Bergerak tanpa tujuan.
□ Berbaring tiduran
□ Memiliki masalah dalam meniup lilin.
□ Ia memahami saya tetapi tidak berbicara.
□ Ia memiliki masalah untuk menemukan kata yang ia telah katakan sebelumnya.
□ Ia salah dalam melafatlkan kata
□ Memiliki suara yang tidak umum
□ Lainnya....................
2. SENTUHAN (TOUCH)
● Anak saya kurang sensitif pada sentuhan dan mencarinya.
□ Ingin dipeluk lama
□ Menyembunyikan dirinya dalam selimut.
□ Menekan dirinya dalam tempat yang padat/sempit. (sembunyi dibalik dipan, lemari)
□ Memakai pakaian yang ketat/pas.
□ Barbaring dilantai.
□ Menabrak orang.
□ Bertepuk tangan.
□ Memegang benda.
□ Meletakkan benda ke mulut (”mengemut”).
□ Mengkertak giginya.
□ Jarang menangis ketika ia terluka.
□ Lainnya.....................
● Anak saya sangat sensitif pada sentuhan.
□ Ia tidak suka dengan sesuatu yang lengket di tangan (playdough, lumpur dan cat).
□ Ia suka atau tidak suka dengan tekstur baju tertentu.
□ Ia tidak suka memakai topi dan sarung tangan.
□ Ia tidak suka keramas dan potong rambut.
□ Ia tidak suka makanan kering dan kenyal.
□ Lainnya.....................
3. BUNYI (SOUND)
● Anak saya kurang sensitif pada suara.
□ Ia tidak datang/muncul untuk mendengarkan apa yang orang katakan.
□ Ia menyukai meusik dan bunyi-bunyi tertentu.
□ Ia menyuakai mainan yang membuat bunyi-bunyi tertentu.
□ Ia menyuakai sesuatu ketika saya mengatakan sesuatu dengan cara yang mengasyikkan.
□ Lainnya.....................
● Anak saya sangat sensitif pada bunyi dan menghidarinya.
□ Ia menutup telinganya.
□ Ia menangis ketika saya menggunakan alat-alat seperti vakum, mesin pencuci piring, pengering rambut dsb.
□ Ia menyukai sesuatu ketika saya menggunakan bunyi-bunyi yang lembut.
□ Ia dapat mendengar bunyi-bunyi yang pelan.
□ Lainnya.....................
4. PENGLIHATAN (SIGHT)
● Anak saya terlalu sensitif pada sesuatu yang ia lihat dan mencari sensasi visual dengan :
□ Menekan on of pada lampu.
□ Melihat gerakan secara berulang-ulang. (membola-balik halaman buku, buka tutup pintu, gerakan jari ke depan mukanya).
□ Sesuatu yang berlapis-lapis.
□ Melihat sesuatu dengan sudut pnadangan matanya.
□ Melihat sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda.
□ Lainnya.....................
● Anak saya terlalu sensitif pada apa yang ia lihat dan menhindari beberapa sensasi visual.
□ Memilih kegelapan.
□ Ia sering mengkedip-kedipkan.
□ Menghindari matahari.
□ Lainnya.....................
5. BAU DAN RASA (SMELL AND TASTE)
● Anak saya kurang sensitif pada beberapa bau atau rasa dan mencari sensai tersebut.
□ Ia menjelajah sesuatu dengan menjilat atau mencium (membaunya).
□ Ia menyukai makanan yang banyak bumbunya. (sangat asin)
□ Lainnya.....................
● Anak saya terlalu sensitif pada beberapa bau atau rasa dan menhindari beberapa sensasi tersebut.
□ Ia menykai makanan yang telah dihaluskan (blander).
□ Ia sensitif pada bau tertentu (parfum).
□ Lainnya.....................
Catatan : diambil dari Fern Sussman, 1999. More than Words. Hanen Center Publication.
Diterjemahkan oleh Joko Yuwono. 22 April 2010
Bila Anda menduga anak Anda adalah anak autistik, Anda dapat menggunakan panduan untuk mengecek apa sebenarnya yang terjadi pada anak anda.
1. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT),
2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM IV).
3. My Child’s Sensory Preference
Add.1. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
The Checklist for Autism in Toddlers is a screening tool to be used by GP's during the 18 month developmental checkup.
Section A - Ask Parent: (Pertanyaan untuk orang tua)
Yes or No?
____ 1) Does your child enjoy being swung, bounced on your knee, etc?
(Apakah anak anda senang diayun, digoyang-goyang di atas lutut ?
____ 2) Does your child take an interest in other children?
(Apakah anak anda tertarik pada anak lainnya ?)
____ 3) Does your child like climbing on things, such as up stairs?
(Apakah anak anda suka manjat-manjat pada benda misalnya tangga ?)
____ 4) Does your child enjoy playing peek-a-boo/hide-and-seek?
(Apakah anak anda suka main ciluk ba atau petak umpet ?)
____ *5) Does your child ever pretend, for example, to make a cup of tea using a toy cup and teapot, or pretend other things?
(Apakah anak anda pernah bermain pura-pura misalnya membuat secangkir teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain ?)
____ 6) Does your child ever use his/her index finger to point, to ask for something?
(Apakah anak anda pernah menggunakan jarinya untuk menunjuk dengan tujuan meminta sesuatu ?)
____ *7) Does your child ever use his/her index finger to point, to indicate interest in something?
(Apakah anak anda pernah menggunakan jari untuk menunjuk yang mengindikasikan ketertarikan pada sesuatu ?)
____ 8) Can your child play properly with small toys (e.g. cars or bricks) without just mouthing, fiddling, or dropping them?
(Dapatkah anak anda bermain dengan mainan yang kecil (misalnya mobil mainan atau balok-balok) tanpa mengucapkan kata dibuat buat, menggesek, atau menjatuhkannya ?)
____ 9) Does your child ever bring objects over to you, to show you something?
(Apakah anak anda pernah memberikan suatu benda pada anda untuk menunjukkan sesuatu pada anda ?)
Section B - GP's observation (Pengamatan)
Yes or No?
____ i) During the appointment, has the child made eye contact with you?
(Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan) pemeriksa ?
____ *ii) Get child's attention, then point across the room at an interesting object and say "Oh look! There's a (name a toy)!" Watch child's face. Does the child look across to see what you are pointing at?
(Tarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu yang menarik dan katakan : "Lihat, itu. Ada mobil-mobilan (atau mainan lain)" Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke benda yang anda tunjuk.)
NOTE - to record yes on this item, ensure the child has not simply looked at your hand, but has actually looked at the object you are pointing at.
Catatan : untuk mencatat ya pada item ini, pastikan anak anda tidak melihat tangan anda, tetapi benar-benar melihat pada objek yang anda tunjuk.
____ *iii) Get the child's attention, then give child a miniature toy cup and teapot and say "Can you make a cup of tea?" Does the child pretend to pour out the tea, drink it etc?
(Tarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko dan katakan pada anak anda : "Bisa buat secangkir teh ? Apakah anak berpura-pura menuang teh, minum dan lainya).
NOTE - if you can elicit an example of pretending in some other game, score a yes on this item
Catatan : Jika anak dapat melakukan misalnya bermain pura-pura beberapa permainan, maka jawabanya ; Ya.
____ *iv) Say to the child "Where's the light?" or "Show me the light". Does the child point with his/her index finger at the light?
(Tanyakan pada anak : "Coba tunjuk mana cahaya ? (nama benda lain yang dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan jarinya ?
NOTE - Repeat this with "Where's the teddy?" or some other unreachable object, if child does not understand the word "light". To record yes on this item, the child must have looked up at your face around the time of pointing.
Catatan : Ulangi lagi pertanyaan lainnya atau pada objek lain yang tak dapat dijangkau, jika anak tidak memahami “cahaya”. Catat Ya, jika anak melihat kearah wajah anda pada waktu anak menunjuk.
____ v) Can the child build a tower of bricks? (If so, how many?) (Number of bricks...)
(Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok menjadi suatu menara ?(berapa jumlahnya….)
* Indicates critical question most indicative of autistic characteristics
British Journal of Psychiatry (1996), 168, pp. 158-163
British Journal of Psychiatry (1992), 161, pp. 839-843
Diterjemahkan oleh : Joko Yuwono
Add. 2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM IV):
DIAGNOSTIC CRITERIA FOR 299.00 AUTISTIC DISORDER
A. A total of six (or more) items from (1), (2), and (3), with at
least two from (1), and one each from (2) and (3)
(1) qualitative impairment in social interaction, as manifested by at least two of the following:
a) marked impairments in the use of multiple nonverbal behaviors such as eye-to-eye gaze, facial expression, body posture, and gestures to regulate social interaction
b) failure to develop peer relationships appropriate to developmental level
c) a lack of spontaneous seeking to share enjoyment, interests, or chievements with other people, (e.g., by a lack of showing, bringing, or pointing out objects of interest to other people)
d) lack of social or emotional reciprocity ( note: in the description, it gives the following as examples: not actively participating in simple social play or games, preferring solitary activities, or involving others in activities only as tools or "mechanical" aids )
(2) qualitative impairments in communication as manifested by at least one of the following:
a) delay in, or total lack of, the development of spoken language (not accompanied by an attempt to compensate through alternative modes of communication such as gesture or mime).
b) in individuals with adequate speech, marked impairment in the ability to initiate or sustain a conversation with others
c) stereotyped and repetitive use of language or idiosyncratic
language.
d) lack of varied, spontaneous make-believe play or social
imitative play appropriate to developmental level
(3) restricted repetitive and stereotyped patterns of behavior, interests and activities, as manifested by at least two of the following:
a) encompassing preoccupation with one or more stereotyped and restricted patterns of interest that is abnormal either in intensity or focus
b) apparently inflexible adherence to specific, nonfunctional routines or rituals
c) stereotyped and repetitive motor mannerisms (e.g hand or finger flapping or twisting, or complex whole body movements)
d) persistent preoccupation with parts of objects
B. Delays or abnormal functioning in at least one of the following areas, with onset prior to age 3 years:
(1) social interaction
(2) language as used in social communication
(3) symbolic or imaginative play
C. The disturbance is not better accounted for by Rett's Disorder or Childhood Disintegrative Disorder
Diambil dari : Autism Symtoms Checklist (Online)
Add. 3. SENSORY PREFERENCES.
Amati kecenderungan pilihan sensori anak Anda
1. GERAKAN (MOVEMENT)
● Anak saya kurang sensitive dan mencari kebutuhan gerak dengan :
□ Melompat
□ Bergoyang-goyang
□ Berputar
□ Permainan yang kacau dan kasar seperti melempar-lempar benda ke udara
□ Lari mondar-mandir
□ Lainnya....................
● Anak saya sangat sensitive terhadap gerakan.
□ Menunjukkan ketakutan pada tangga/eskalator
□ Menunjukkan ketakutan pada ayunan, barjalan terhuyung-huyung, dan meluncur (prosotan)
□ Gerakan mobil
□ Lainnya.............
● Anak saya kesulitan dalam perencanaan gerak.
□ Gerakan kaku atau menabrak-nabrak sesuatu.
□ Tidak menggunakan mainan secara tepat.
□ Menggunakan jenis mainan itu-itu saja.
□ Tidak meniru apa yang saya lakukan.
□ Ia hanya melakukan aktivitas hanya sekali saja.
□ Bergerak tanpa tujuan.
□ Berbaring tiduran
□ Memiliki masalah dalam meniup lilin.
□ Ia memahami saya tetapi tidak berbicara.
□ Ia memiliki masalah untuk menemukan kata yang ia telah katakan sebelumnya.
□ Ia salah dalam melafatlkan kata
□ Memiliki suara yang tidak umum
□ Lainnya....................
2. SENTUHAN (TOUCH)
● Anak saya kurang sensitif pada sentuhan dan mencarinya.
□ Ingin dipeluk lama
□ Menyembunyikan dirinya dalam selimut.
□ Menekan dirinya dalam tempat yang padat/sempit. (sembunyi dibalik dipan, lemari)
□ Memakai pakaian yang ketat/pas.
□ Barbaring dilantai.
□ Menabrak orang.
□ Bertepuk tangan.
□ Memegang benda.
□ Meletakkan benda ke mulut (”mengemut”).
□ Mengkertak giginya.
□ Jarang menangis ketika ia terluka.
□ Lainnya.....................
● Anak saya sangat sensitif pada sentuhan.
□ Ia tidak suka dengan sesuatu yang lengket di tangan (playdough, lumpur dan cat).
□ Ia suka atau tidak suka dengan tekstur baju tertentu.
□ Ia tidak suka memakai topi dan sarung tangan.
□ Ia tidak suka keramas dan potong rambut.
□ Ia tidak suka makanan kering dan kenyal.
□ Lainnya.....................
3. BUNYI (SOUND)
● Anak saya kurang sensitif pada suara.
□ Ia tidak datang/muncul untuk mendengarkan apa yang orang katakan.
□ Ia menyukai meusik dan bunyi-bunyi tertentu.
□ Ia menyuakai mainan yang membuat bunyi-bunyi tertentu.
□ Ia menyuakai sesuatu ketika saya mengatakan sesuatu dengan cara yang mengasyikkan.
□ Lainnya.....................
● Anak saya sangat sensitif pada bunyi dan menghidarinya.
□ Ia menutup telinganya.
□ Ia menangis ketika saya menggunakan alat-alat seperti vakum, mesin pencuci piring, pengering rambut dsb.
□ Ia menyukai sesuatu ketika saya menggunakan bunyi-bunyi yang lembut.
□ Ia dapat mendengar bunyi-bunyi yang pelan.
□ Lainnya.....................
4. PENGLIHATAN (SIGHT)
● Anak saya terlalu sensitif pada sesuatu yang ia lihat dan mencari sensasi visual dengan :
□ Menekan on of pada lampu.
□ Melihat gerakan secara berulang-ulang. (membola-balik halaman buku, buka tutup pintu, gerakan jari ke depan mukanya).
□ Sesuatu yang berlapis-lapis.
□ Melihat sesuatu dengan sudut pnadangan matanya.
□ Melihat sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda.
□ Lainnya.....................
● Anak saya terlalu sensitif pada apa yang ia lihat dan menhindari beberapa sensasi visual.
□ Memilih kegelapan.
□ Ia sering mengkedip-kedipkan.
□ Menghindari matahari.
□ Lainnya.....................
5. BAU DAN RASA (SMELL AND TASTE)
● Anak saya kurang sensitif pada beberapa bau atau rasa dan mencari sensai tersebut.
□ Ia menjelajah sesuatu dengan menjilat atau mencium (membaunya).
□ Ia menyukai makanan yang banyak bumbunya. (sangat asin)
□ Lainnya.....................
● Anak saya terlalu sensitif pada beberapa bau atau rasa dan menhindari beberapa sensasi tersebut.
□ Ia menykai makanan yang telah dihaluskan (blander).
□ Ia sensitif pada bau tertentu (parfum).
□ Lainnya.....................
Catatan : diambil dari Fern Sussman, 1999. More than Words. Hanen Center Publication.
Diterjemahkan oleh Joko Yuwono. 22 April 2010
HOLDING THERAPY BAGI ANAK AUTISTIK
Tingkat Kemampuan/Umur Intervensi :
• Disarankan anak usia sejak lahir hingga 10 bulan.
• Disarankan pada kelompok diagnosis dan berhubungan dengan karakteristik-karakteristik seperti : ASD tingkat sedang-menengah, Asperger syndrome dan disabilities lainnya.
• Disarankan pada level kemampuan kecerdasan rata-rata ke atas.
Diskripsi Intervensi
Secara umum sebagian dari kita telah mengetahui tentang holding therapy yang berhubungan dengan ASD. Holding Time telah dikembangkan oleh psikiatrik anak Marta Welch (1988). Pendekatan Welch didasarkan pada perkembangan terapi-terapi dan penelitian di Jerman pada tahun 1980-an (Stades-Veth, 1988)sebagaimana didiskripsikan dalam bukunya, Holding Time (1988). Hipotesis yang mendasarinya adalah bahwa anak-anak ASD dan gangguan yang berhubungan dengannya memiliki kesulitan dalam berhubungan dengan ibu mereka. Jadi, berdasarkan perpecahan hubungan tersebut, withdrawal merupakan bentuk dari defense mechanism. Holding therapy didasarkan pada ide bahwa kontak secara fisik dan emosional yang kuat melalui hubungan anak dan ibu (mother-child holding) akan memperbaiki ikatan yang rusak antara anak dengan ibu dan hal ini merupkan bentuk fondasi pada perkembangan yang normal.
Ada tiga bagian pada urutan dalam Holding Time : 1) confrontation, 2) rejection dan 3) resulotion. Selama tahap konfrontasi, posisi anak dan ibu berada pada posisi mereka sendiri dan juga mereka dengan mudah menciptakan kontak mata dan ”hold” antara mereka. Ibu dapat menuntut/meminta dengan tegas kontak mata dengan anak dan kadang-kadang menggunakan kekuatan secara fisik. Selanjutnya, ibu mulai menemukan dan menyatakan komunikasi tentang sesuatu perasaan. Hal ini mengarah pada penolakan anak, diketahui sebagai tahap rejection. Selama tahap ini, ibu melanjutkan hold pada anak tanpa masalah bagaimana anak melakukan perlawanan. Dengan maksud mengirimkan pesan bahwa tidak ada yang sesuatu yang datang antara kita – bukan kemarahan anda dan bukan kemarahan saya” (Welch, 1988a, p. 52). Tahap penolakan berlanjut hingga penghindaran perilaku yang memberikan jalan kedekatan secara fisisk dan verbal (resolution stage) dengan perkembangan yang kuat, kecintaan selama ikatan menjadi tujuan pokok.
Reported Benefits and Effects of Intervention
Welch (1988b) mengklaim bahwa bebarapa anak-anak ASD telah tertangani dengan penuh dari kesulitan dan mencapai perkembangan yang normal dan sebagian besar lainnya menunjukkan beberapa perkembangan secara kognitif, emosi dan spikologis setelah ditangani dengan versi holding therapy ibu dan anak. Ia melaporkan hasil yang sama pada anak-anak dengan oppositional defiant disorder, conduct disorder (gangguan perilaku), depression, developmental disorders dan gangguan perilaku lainnya. Bagaimanapun juga, klaim ini secara luas didasarkan pada anekdot studi kasus dengan sedikit atau tanpa penelitian lapangan yang mendukung hal tersebut.
Penulis N Setting Umur/Gender Diagnosis Hasil/Temuan Comments
Welch
(1988b) 10 Clinic atau rumah 3-13 th.
Lk atau Pr Autistik Semua subjek menunjukkan beberapa perkembangan tetapi satu parameter pada Behavior Rating Instrument for Autistic and Other Atypical Children (BRIAAC) Tidak ada kelompok kontrol
Perpaduan Bagaimana Hasil yang Berhubungan dengan Kegunaan pada Intervensi Individu ASD
Holding Therapy diciptakan untuk menangani individu dengan ganguan yang diduga disebabkan, setidaknya dalam bagian kegagalan untuk mengembangkan ikatan yang cukup dengan pengasuh utama. Welch meyakini bahwa bagi bebarapa individu ASD menyebabkan gangguan mereka dan untuk itu merekomendasikan holding therapy bagi populasi ini.
Kualifikasi Individu yang Menerapkan Intervensi dan Bagaimana, Dimana dan Kapan Holding Therapy Dilakukan.
Holding therapy dilakukan oleh ibu dengan dukungan dari bapak atau anggota keluarga lainnya dibawah supervisi dan difasilitasi dengan training terapis di United States : New York City; Greenwich, Connecticut; dan Chautauqua. Holding therapy dapat dilakukan dalam waktu dan lokasi yang tepat setelah dilakukan pelatihan secara lengkap.
Resiko-Resiko yang Mungkin Dalam Intervensi
Beberapa intervensi melibatkan kekuatan secara fisik dan psikologis yang besar. Beberapa kritik pada Holding Therapy menjadikan beberapa argumen-argumen perlawanan. Argumentasi tersebut termasuk 1) disturbingly (menggelisahkan atau mengganggu), anak-anak yang berpengalaman dengan holding therapy mungkin belajar untuk berpura-pura berperilaku akrab. 2) Kekuatan hubungan mungkin berpotensi menyebabkan ketidaknyamanan secara ekstrem ketika dilakukan pada anak-anak yang memiliki tactile defensiveness (tidak nyaman dengan sentuhan-sentuhan), hipersensitivity dan kesulitan dalam membuat/mempertahankan kontak mata. 3) Kekuatan holding thearpy terletak pada tangan orang dewasa bahwa anak-anak mencintai dan percaya yang munkin secara psikologis merusak daripada keuntungan. 4) Orang tua yang menggunakan holding therapy mungkin memiliki harapan yang tidak realistik bahwa anak mereka dapat disembuhkan dari autistik atau gangguan lainnya dimana mungkin sangat efektif mempengaruhi pada keluarga jika usaha mereka terbukti menjadi sia-sia.
Metode Evaluasi yang Tepat Untuk Intervensi Individu ASD
Beberapa filosofi atau metode penanganan harus didasarkan pada kebutuhan anak secara individual dan metode harus dimonitor untuk menetapakn kemanjuran intervensi. Sampai saat ini, holding therapy belum dilakukan evaluasi secara keilmuan secara sungguh-sungguh.
Kesimpulan
Holding therapy atau holding time merupakan terapi yang didesain untuk mengembangkan keberfungsian individu-individu ASD dan gangguan lain yang berhubungan dengan memulihkan dan menguatkan ikatan antara anak dan ibunya atau pengasuh. Bagaimanapun, hipotesis bahwa autism spectrum disosoders diakibatkan oleh pudarnya tali ikatan ibu dan anak yang belum didukung oleh bukti secara empirik. Mengingat fakta bahwa sedikit studi pengetahuan yang dilakukan untuk mendukung bukti secara empirik bagi keefektifan holding therapy therapy dan secara potensial resiko-resiko secara serius intervensi ini. Holding therapy belum direkomendasikan bagi individu-individu ASD.
• Disarankan anak usia sejak lahir hingga 10 bulan.
• Disarankan pada kelompok diagnosis dan berhubungan dengan karakteristik-karakteristik seperti : ASD tingkat sedang-menengah, Asperger syndrome dan disabilities lainnya.
• Disarankan pada level kemampuan kecerdasan rata-rata ke atas.
Diskripsi Intervensi
Secara umum sebagian dari kita telah mengetahui tentang holding therapy yang berhubungan dengan ASD. Holding Time telah dikembangkan oleh psikiatrik anak Marta Welch (1988). Pendekatan Welch didasarkan pada perkembangan terapi-terapi dan penelitian di Jerman pada tahun 1980-an (Stades-Veth, 1988)sebagaimana didiskripsikan dalam bukunya, Holding Time (1988). Hipotesis yang mendasarinya adalah bahwa anak-anak ASD dan gangguan yang berhubungan dengannya memiliki kesulitan dalam berhubungan dengan ibu mereka. Jadi, berdasarkan perpecahan hubungan tersebut, withdrawal merupakan bentuk dari defense mechanism. Holding therapy didasarkan pada ide bahwa kontak secara fisik dan emosional yang kuat melalui hubungan anak dan ibu (mother-child holding) akan memperbaiki ikatan yang rusak antara anak dengan ibu dan hal ini merupkan bentuk fondasi pada perkembangan yang normal.
Ada tiga bagian pada urutan dalam Holding Time : 1) confrontation, 2) rejection dan 3) resulotion. Selama tahap konfrontasi, posisi anak dan ibu berada pada posisi mereka sendiri dan juga mereka dengan mudah menciptakan kontak mata dan ”hold” antara mereka. Ibu dapat menuntut/meminta dengan tegas kontak mata dengan anak dan kadang-kadang menggunakan kekuatan secara fisik. Selanjutnya, ibu mulai menemukan dan menyatakan komunikasi tentang sesuatu perasaan. Hal ini mengarah pada penolakan anak, diketahui sebagai tahap rejection. Selama tahap ini, ibu melanjutkan hold pada anak tanpa masalah bagaimana anak melakukan perlawanan. Dengan maksud mengirimkan pesan bahwa tidak ada yang sesuatu yang datang antara kita – bukan kemarahan anda dan bukan kemarahan saya” (Welch, 1988a, p. 52). Tahap penolakan berlanjut hingga penghindaran perilaku yang memberikan jalan kedekatan secara fisisk dan verbal (resolution stage) dengan perkembangan yang kuat, kecintaan selama ikatan menjadi tujuan pokok.
Reported Benefits and Effects of Intervention
Welch (1988b) mengklaim bahwa bebarapa anak-anak ASD telah tertangani dengan penuh dari kesulitan dan mencapai perkembangan yang normal dan sebagian besar lainnya menunjukkan beberapa perkembangan secara kognitif, emosi dan spikologis setelah ditangani dengan versi holding therapy ibu dan anak. Ia melaporkan hasil yang sama pada anak-anak dengan oppositional defiant disorder, conduct disorder (gangguan perilaku), depression, developmental disorders dan gangguan perilaku lainnya. Bagaimanapun juga, klaim ini secara luas didasarkan pada anekdot studi kasus dengan sedikit atau tanpa penelitian lapangan yang mendukung hal tersebut.
Penulis N Setting Umur/Gender Diagnosis Hasil/Temuan Comments
Welch
(1988b) 10 Clinic atau rumah 3-13 th.
Lk atau Pr Autistik Semua subjek menunjukkan beberapa perkembangan tetapi satu parameter pada Behavior Rating Instrument for Autistic and Other Atypical Children (BRIAAC) Tidak ada kelompok kontrol
Perpaduan Bagaimana Hasil yang Berhubungan dengan Kegunaan pada Intervensi Individu ASD
Holding Therapy diciptakan untuk menangani individu dengan ganguan yang diduga disebabkan, setidaknya dalam bagian kegagalan untuk mengembangkan ikatan yang cukup dengan pengasuh utama. Welch meyakini bahwa bagi bebarapa individu ASD menyebabkan gangguan mereka dan untuk itu merekomendasikan holding therapy bagi populasi ini.
Kualifikasi Individu yang Menerapkan Intervensi dan Bagaimana, Dimana dan Kapan Holding Therapy Dilakukan.
Holding therapy dilakukan oleh ibu dengan dukungan dari bapak atau anggota keluarga lainnya dibawah supervisi dan difasilitasi dengan training terapis di United States : New York City; Greenwich, Connecticut; dan Chautauqua. Holding therapy dapat dilakukan dalam waktu dan lokasi yang tepat setelah dilakukan pelatihan secara lengkap.
Resiko-Resiko yang Mungkin Dalam Intervensi
Beberapa intervensi melibatkan kekuatan secara fisik dan psikologis yang besar. Beberapa kritik pada Holding Therapy menjadikan beberapa argumen-argumen perlawanan. Argumentasi tersebut termasuk 1) disturbingly (menggelisahkan atau mengganggu), anak-anak yang berpengalaman dengan holding therapy mungkin belajar untuk berpura-pura berperilaku akrab. 2) Kekuatan hubungan mungkin berpotensi menyebabkan ketidaknyamanan secara ekstrem ketika dilakukan pada anak-anak yang memiliki tactile defensiveness (tidak nyaman dengan sentuhan-sentuhan), hipersensitivity dan kesulitan dalam membuat/mempertahankan kontak mata. 3) Kekuatan holding thearpy terletak pada tangan orang dewasa bahwa anak-anak mencintai dan percaya yang munkin secara psikologis merusak daripada keuntungan. 4) Orang tua yang menggunakan holding therapy mungkin memiliki harapan yang tidak realistik bahwa anak mereka dapat disembuhkan dari autistik atau gangguan lainnya dimana mungkin sangat efektif mempengaruhi pada keluarga jika usaha mereka terbukti menjadi sia-sia.
Metode Evaluasi yang Tepat Untuk Intervensi Individu ASD
Beberapa filosofi atau metode penanganan harus didasarkan pada kebutuhan anak secara individual dan metode harus dimonitor untuk menetapakn kemanjuran intervensi. Sampai saat ini, holding therapy belum dilakukan evaluasi secara keilmuan secara sungguh-sungguh.
Kesimpulan
Holding therapy atau holding time merupakan terapi yang didesain untuk mengembangkan keberfungsian individu-individu ASD dan gangguan lain yang berhubungan dengan memulihkan dan menguatkan ikatan antara anak dan ibunya atau pengasuh. Bagaimanapun, hipotesis bahwa autism spectrum disosoders diakibatkan oleh pudarnya tali ikatan ibu dan anak yang belum didukung oleh bukti secara empirik. Mengingat fakta bahwa sedikit studi pengetahuan yang dilakukan untuk mendukung bukti secara empirik bagi keefektifan holding therapy therapy dan secara potensial resiko-resiko secara serius intervensi ini. Holding therapy belum direkomendasikan bagi individu-individu ASD.
Langganan:
Komentar
(Atom)